Perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural

Label:

Dinamika Kelompok Sosial
        i            Sebagaimana telah diungkapkan dalam pembahasan tentang kelompok sosial dan macam-macamnya bahwa kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, kerena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Disadari maupun tidak, seseorang menjadi anggota suatu kelompok sejak ia lahir di dunia. Hampir semua orang dilahirkan di dan selanjutnya menjadi anggota sebuah kelompok atau satuan sosial yang disebut keluarga. Secara otomatis, bayi tersebut menjadi anggota atau warga sebuah rukun tetangga, rukun warga, desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan negara.

            Pada awal kehidupannya, interaksi seseorang akan  terbatas dengan orang-orang yang ada di keluarganya atau dengan sesama warga rukun tetangga atau sebuah desa. Pada giliran berikutnya, orang tersebut akan menjalin interaksi dengan orang-orang yang berada di luar keluarganya atau di luar desanya, misalnya dengan teman-teman peer group-nya atau guru-guru atau teman-teman sekolahnya. Seseorang barangkali juga akan menjalin interaksi dengan orang-orang yang mempunyai minat dan perhatian yang sama, dengan orang-orang se-kantornya, dengan orang-orang yang dengan mereka seseorang mempunyai kepentingan tertentu.
            Kecuali kelompok-kelompok genealogis dan teritorialnya yang relatif statis, kelompok-kelompok yang dibentuk berdasarkan kepentingan sifatnya lebih dinamik. Perubahan-perubahan mungkin saja terjadi dalam kelompok genealogis, seperti keluarga. Tetapi karena alasan-alasan dan nilai-nilai tertentu, seseorang akan tidak dengan mudah melepaskan keanggotaanya dari sebuah keluarga. Demikian juga dengan kelompok-kelompok dengan kategori utama kesatuan wilayah, walaupun satuan wilayah di masyarakat perkotaan bisa saja dinamis. Mobilitas geografik orang-orang perkotaan lebih terasakan denyutnya daripada mobilitas geografik orang-orang di perdesaan. Sedangkan pada kelompok-kelompok kepentingan khusus (special interest group), perkembangan dan dinamikanya lebih terasakan. Apabila seseorang tidak suka dengan cara kerja kelompok-kelompok kepentingan, yang dari segi hubungan sosial merupakan hubungan sekunder, ia akan meninggalkannya dan mencari kelompok yang lain yang lebih dapat memberikan peluang untuk mencapai tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan hidupnya. Keluarga dan kelompok-kelompok primer yang lain tidak mudah ditinggalkan orang, karena hubungan-hubungan yang terjadi lebih didasarkan pada perasaan. Sehingga banyak orang akan bersedih apabila dipaksa berpisah dengan orang-orang dalam kelompok primernya.
            Pada kesempatan ini, bahasan akan terfokus pada (1) perkembangan Kelompok, dan (2) masalah hubungan antar-kelompok.
Perkembangan Kelompok
          Mengapa suatu kelompok kepentingan itu berdiri, kemudian berkembang, atau bahkan beberapa kelompok itu akhirnya bubar?
            Telusuri kembali logika berdirinya suatu kelompok. Apabila menggunakan paradigm theologies, kita dapat menyatakan bahwa dalam diri manusia mempunyai naluri gregariousness, yaitu semacam hasrat dasar, naluri, atau fitrah orang untuk menjadi satu dengan lingkungan dan manusia-manusia lain di sekitarnya. Namun, paradigm positif sebagaimana dianjurkan oleh Auguste Comte, bagaimana orang tidak berkelompok, karena hampir semua kebutuhan hidup manusia hanya dapat terpenuhi dengan membentuk kelompok. Coba pikirkan mengenai kebutuhan-kebutuhan hidup Anda, mulai dari kebutuhan biologis, seperti melanjutkan keturunan atau perlindungan dari cuaca dan iklim serta binatang buas, keburuhan sosial, seperti gotongroyong atau kerjasama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar, bahkan kebutuhan-kebutuhan integrative yang merupakan konsekuensi dari kenyataan bahwa manusia itu terdiri atas unsur-unsur lahir (fisik-biologis) dan unsur-unsur batin atau kejiwaaan, eksistensi, kenyamanan, pengakuan, dan sebagainya. Dapatkah kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi tanpa terlibat dengan manusia yang lain?
Tahap-tahap terbentuknya kelompok
            Berdasar uraian yang mengawali bahasan ini, kiranya dapat dirumuskan bahwa terbentuknya suatu kelompok akan mengikuri urutan ini. Pertama, adanya perasaan atau persepsi akan suatu hal yang sama.  Kedua, timbul motivasi untuk memenuhi hal tersebut.  Ketiga, ditentukan atau dirumuskan tujuan-tujuan yang sama, dan akhirnya terbentuk kelompok.
            Dan, suatu kelompok sifatnya dinamik atau mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena faktor internal maupun eksternal, seperti Kebutuhan hidup manusia itu berkembang dan terus berubah-ubah, proses reformasi (penataan) dari pola pola yang terdapat dalam kelompok itu sendiri, tekanan dan pengaruh internal eksternal, konflik internal, pergantian anggota kelompok, atau perubahan pada situasi sosial ekonomi, politik, budaya yang serba cepat.
            Terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelompok, sikap orang-orang pun berbeda-beda. Maka adalah beberapa kelompok dilihat dari sikapnya terhadap perubahan, seperti kelompok reformis, kelompok radikal, kelompok status quo, kelompok konservatif, dan juga –jangan lupa- kelompok apatis.
Golongan radikal merupakan golongan yang menginginkan perubahan yang menyeluruh dan berlangsung cepat (revolusioner), golongan reformis adalah golongan yang menginginkan perubahan-perubahan yang tertata menuju keadaan yang lebih baik, golongan konservatif terdiri atas orang-orang yang memiliki romantisme terhadap sejarah dan fungsi tradisional masyarakat, sehingga berupaya mengembalikan situasi sosial, politik, dan kultural ke keadaan yang pernah ada.
Golongan status quo merupakan  golongan orang-orang yang mempertahankan keadaan yang ada, biasanya terdiri atas orang-orang mapan yang takut akan tergeser dari zone nyaman karena perubahan, dan  golongan apatis adalah golongan yang tidak peduli terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Mengapa suatu kelompok itu bubar?
            Ada berbagai alasan sehingga suatu kelompok bubar. Antara lain, orang-orang dalam kelompok merasa tidak membutuhkan lagi kelompok yang dimaksud, yang bisa disebabkan oleh ketidak percayaan para anggotanya akan kemampuan kelompok mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Perbedaan pendapat di antar anggota tentang ideologi kelompok, tujuan kelompok, strategi kelompok yang memunculkan konflik di antara anggota kelompok ataupun konflik dengan kelompok lain pun dapat menjadi sebab bubarnya suatu kelompok. Kemudian hilangnya sosok-sosok yang berpengaruh terhadap kelompok, serta tidak ada kekompakan maupun keharmonisan di antara para anggota kelompok juga dapat menjadi sebab berakhirnya suatu kelompok.
Hubungan Antar-Kelompok
            Hubungan antar-kelompok atau inter-group relations didefinisikan oleh Petigrew yang dikutip oleh Kamanto Sunarto (2004, halaman 141) sebagai the social interactions between any two or more groups, dan akan melibatkan berbagai kriteria, seperti biologis, kultural, ekonomi, ataupun perilaku.
            Kriteria biologis, akan meliputi  hubungan di antara kelompok-kelompok jenis kelamin (laki-laki /perempuan), usia (tua-muda), atau ras. Kriteria kultural atau kebudayaan misalnya hubungan di antara kelompok-kelompok etnik atau agama. Kriteria ekonomi, misalnya tentang hubungan di antara kelompok-kelompok yang mempunyai kekuasaan ekonomi (majikan) dengan yang tidak menguasai (misalnya buruh).
            Kriteria perilaku, misalnya tentang hubungan orang-orang dengan golongan yang dinilai menyimpang (orang-orang yang perilakunya nonkonform, anti-sosial, atau Kriminal).

0 komentar:

Posting Komentar