Label:


INDONESIAKU SAYANG, INDONESIAKU MALANG

RINGKASAN:
Anak-anak adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Sebagai penerus bangsa seharusnya mereka mendapatkan pengarahan ataupun bimbingan yang baik dan sesuai dengan usia dan juga perkembangan anak. Tetapi, dalam kenyataannya tidak demikian. Setiap hari mereka disuguhi dengan hal-hal yang belum sepantasnya mereka dapatkan, terima dan mendengarnya. Misalnya, dari acara-acara televisi yang kurang mendidik anak, lagu-lagu orang dewasa yang belum pantas mereka dengar dan nyanyikan, dll. Masa depan bangsa Indonesia dapat terancam apabila hal ini terus dibiarkan. Kondisi mereka sekarang sangatlah memprihatinkan. Bagaimana mereka bisa menjadi penerus bangsa jika sejak kecil mereka tidak dibekali dengan hal-hal yang mendukungnya??
Miris sekali ketika saya melihat sepupu saya yang berumur empat tahun dengan seriusnya menonton sinetron, dia juga hafal nama-nama pemainnya, sampai bisa menceritakan kembali sinetron yang ditontonnya. Ketika saya menonton televisi bersamanya, saya mencoba untuk mencari acara yang tepat untuk usianya, tetapi dia malah lebih memilih sinetron. Selain itu, dia juga dapat mendendangkan lagu-lagu dewasa yang tidak sesuai dengan usianya dan dia juga belum memahami benar makna yang tersirat dari lagu itu. Namun, kebanyakan orang tua tidak menyadari akan akibat dari hal-hal tersebut. Malah mereka merasa bangga karena anaknya yang masih kecil sudah bisa menyanyikan lagu-lagu dewasa yang belum tentu anak-anak lain dapat melakukannya.
Anak-anak adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Masa depan Indonesia ada digenggaman mereka. Untuk itu anak-anak seharusnya mulai diberi bekal yang cukup sejak masih dini, misalnya memberikan  pengarahan, pembimbingan, dan pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak dan juga disesuaikan dengan usianya. Masa anak-anak adalah masa-masa yang menyenangkan. Pada usia ini anak mulai memasuki usia bertanya, meniru dan kreatif. Apa yang mereka peroleh dalam proses sosialisasi dalam keluarga, ataupun lingkungan di sekitarnya, mereka belum dapat memilah-milah baik buruknya.
Kondisi anak-anak Indonesia sekarang sangatlah memprihatinkan. Selain itu mereka juga kehilangan dunianya. Anak-anak yang biasanya menghabiskan waktunya untuk aktif bermain dengan teman sebayanya, seperti permainan petak umpet, congklak, dan permainan lainnya. Namun, kini banyak anak yang lebih suka untuk menghabiskan waktunya di depan kotak bergambar tersebut. Padahal acara-acara di televisi kini sebagian besar untuk usia dewasa. Yang khusus untuk anak-anak hanya sedikit sekali, sehingga anak-anak sangat sedikit mendapatkan tayangan yang sesuai dengan perkembangan psikologinya. Saya merasa beruntung, karena ketika saya masih kecil banyak acara-acara televisi yang menyajikan acara untuk anak-anak, seperti lagu-lagu anak yang kini sudah tidak ada lagi.
Sinetron ibarat racun generasi bangsa. Karena tayangan-tayangan pada sinetron cenderung mengarah pada hal-hal yang berbau kekerasan, kemewahan, dan pornografi. Hal ini dapat merangsang otak anak yang dapat berakibat kurang baik pada kondisi anak yang bersangkutan. Selain sinetron, lagu-lagu dewasa juga menghantui anak-anak Indonesia. Sekarang banyak anak yang mendengarkan dan hafal lirik dari lagu-lagu dewasa, lagu yang sebagian besar berisi masalah percintaan, menggunakan kata-kata cinta yang belum dimengerti oleh usia anak-anak. Hal itu dapat mempengaruhi perkembangan anak dan dapat menyebabkan  perilaku anak yang menyimpang. Selain itu, anak-anak juga akan terbawa ke dalam pemikiran-pemikiran yang belum saatnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak dewasa sebelum waktunya.
Sungguh ironis, tetapi begitulah kenyataan yang ada di Negara Indonesia. Banyak stasiun televisi yang berlomba-lomba untuk meraih rating yang tinggi tanpa mempedulikan akibatnya bagi para pemirsanya. Yang terpenting bagi mereka adalah agar acara yang mereka tayangkan dapat menarik perhatian penontonnya sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang cukup tinggi.
Dalam menghadapi masalah ini, semua pihak seharusnya ikut memikirkan solusi pemecahannya. Pertama, dari pihak pemerintah misalnya dengan melakukan pengawasan terhadap acara-acara yang tayang pada stasiun-stasiun televisi, dengan menetapkan undang-undang  mengenai hal tersebut, serta menindaklanjuti dengan tegas pihak-pihak yang melakukan pelanggaran. Selain itu juga dapat dengan mendirikan stasiun televisi khusus untuk anak-anak dan acaranya juga mengenai dunia anak dan perkembangannya.
Kedua, dari pihak orang tua. Orang tua harus memberikan pengawasan dan pendampingan terhadap anak ketika sedang menonton televisi. Televisi memang dapat memberikan manfaat, tetapi juga mengandung dampak yang negative terhadap anak. Oleh karena itu, anak-anak membutuhkan teman yang dapat mendampingi dan membimbingnya pada saat ia menonton televisi, yakni orang tua dari anak yang bersangkutan. Orang tua jangan hanya memikirkan pekerjaan atau materi semata, anak-anak pada usia ini membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang lebih dari orang tua masing-masing. Apabila orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga anak merasa kurang mendapat perhatian, anak biasanya akan mencari perhatian dengan hal-hal yang tidak semestinya, misalnya dengan mengatakan hal-hal yang kurang pantas didengar yang ia dapatkan melalui proses sosialisasi atau yang ia dengar melalui tayangan televisi.
Kita sebagai pemuda yang peduli akan anak-anak dan juga bangsa Indonesia mari kita bersama-sama mencarikan pemecahan dari masalah ini. Jangan sampai anak-anak yang notabene adalah generasi penerus bangsa Indonesia menjadi korban para kapitalis yakni stasiun-stasiun televisi yang berlomba-lomba untuk mencapai rating yang tinggi dalam upaya untuk mencari keuntungan semata. Marilah bangkit wahai tunas-tunas bangsa!!!

:: Ditulis oleh saya sendiri dari berbagai sumber ::


1 komentar:

  1. My Fairy mengatakan...:

    yupz.....All Right,bagaimana mereka bisa menjadi penerus bangsa jika sejak kecil mereka tidak dibekali dengan hal - hal yang mendukungnya. Para orang tua seharusnya selalu membimbing anak-anak dalam perkembangannya menuju kedewasaan yang penuh kreatifitas dan beradab.

Posting Komentar