Sosiologi Terapan

Label:

KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF
SOSIOLOGI KELUARGA

I.              PENDAHULUAN
Tak seorang pun di dunia ini yang tidak mempunyai masalah dalam menjalani kehidupan. Begitu pula dengan masyarakat, bangsa, ataupun negara. Masalahnya pun bermacam-macam dan berbeda-beda. Salah satu dari masalah tersebut misalnya yaitu masalah sosial. Masalah sosial menurut Soerjono Soekanto merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh dan mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama. Entitas tersebut dapat merupakan pembicaraan umum atau menjadi topik ulasan di media massa, seperti televisi, internet, radio dan surat kabar.
Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup (Etzioni, 1976). Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan kekerasan. Dan jika hal ini berlangsung akan menyebabkan dampak yang sangat merusak, seperti kerusuhan sosial. Hal ini juga didukung oleh pendapatnya Merton dan Nisbet (1971) bahwa masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan, tetapi berakar pada satu atau lebih kebutuhan masyarakat yang terabaikan. masalah sosial tidak hanya karena kesalahan struktur yang ada di dalam masyarakat atau kegagalan sistem sosial yang berlaku namun juga dari tindakan sosial yang menyimpang atau yang dikenal sebagai perilaku menyimpang yaitu menyimpang dari status sosialnya.

Bentuk dari masalah sosial sangat beragam, seperti kemiskinan, kenakalan remaja, permasalahan lingkungan, dan lain sebagainya. Masalah social yang akan dibahas di sini adalah masalah kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan oleh usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya. Kenakalan remaja yang terjadi pada saat ini makin beragam bentuknya, hal ini bisa saja dipengaruhi oleh dunia luar atau yang lebih sering kita sebut pergaulan bebas.
Kenakalan remaja terutama di kota-kota besar semakin meningkat secara terus-menerus. Hal ini sangatlah mencemaskan baik bagi para orang tua, pendidik, dan penegakan hukum. Orang tua atau keluarga memiliki peranan yang sangat penting bagi pembentukan watak dan pola perilaku anaknya. Keluarga adalah lingkungan anak pertama bagi. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Disinilah pertama kali ia mengenal nilai dan norma. Karena itu keluarga merupakan pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Pendidikan di lingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuhkembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila dan religius.

II.            PERMASALAHAN
Akhir-akhir ini banyak terjadi tindakan-tindakan yang nenuju pada kekerasan yang dilakukan oleh kalangan remaja atau yang biasa disebut kenakalan remaja. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kenakalan-kenakalan remaja tersebut. Adapun permasalahannya yaitu:
1.    Bagaimana kenakalan remaja dapat terjadi?
2.    Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi tindak kenakalan remaja?

III.           KASUS
Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Masalah kenakalan remaja merupakan sebagian dari masalah-masalah social yang dihadapi dan sudah lama menjadi bahan pemikiran dalam masyarakat, khususnya oleh masyarakat Indonesia yang hidup di kota-kota besar. Suatu masalah sosial akan timbul apabila terjadi hambatan-hambatan dalam pemenuhan keinginan-keinginan pokok warga masyarakat.Para pakar selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus. Sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenakalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak di bawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya.

IV.          PEMBAHASAN
A.   KENAKALAN REMAJA
Ø  Batasan
Kata remaja berasal dari bahasa Latin, adolensence, yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya. Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik. Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Ada yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang paling indah dan penuh kenang-kenangan yang tidak mungkin terlupakan. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa masa remaja penuh dengan kesulitan-kesulitan, oleh karena itu masa tersebut dianggap sebagai keadaan transisi dari masa kanak-kanak yang belum ditinggalkan, tetapi masa kedewasaan yang belum dijalani dengan sungguh-sungguh. Segala sesuatu pada masa remaja tersebut masih bersifat coba-coba, oleh karena itu seringkali timbullah hal-hal yang kurang menyenangkan, bukan hanya bagi diri si remaja sendiri, tetapi justru bagi orang-orang lain, misalnya orang tua. Pernyataan ini memang mengandung kebenaran yang seringkali dilupakan, sehingga kadang-kadang ada anjuran untuk menikmati dengan sebaik-baiknya masa remaja tersebut tanpa mempedulikan apakah hal itu menyangkut tingkah laku yang benar ataupun yang salah. Walaupun kesulitan-kesulitan pada masa remaja sangat banyak, janganlah memandangnya terlalu serius. Waktu-waktu yang lebih berbahagia akan dijumpai pada masa mendatang, setelah masa remaja dilewati. Karena itu kelirulah orang yang menyangka bahwa masa remaja adalah masa yang terindah serta terbahagia di dalam kehidupan ini. Adanya perselisihan antara remaja dengan orang tuanya lebih disebabkan karena komunikasi yang meleset. Komunikasi yang meleset lebih disebabkan karena kedua belah pihak kurang mengadakan kontak.
Keinginan-keinginan pribadi yang tidak terpenuhi mungkin akan menimbulkan keinginan-keinginan untuk menyimpang dari norma-norma yang berlaku, oleh karena norma-norma tersebut kurang mampu untuk memberikan peluang bagi tercapainya keinginan-keinginan pribadi.
Ø  Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
Adapun bentuk-bentuk dari kenakalan remaja yaitu:
1)    Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa serta orang lain.
2)    Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan dan kadang-kadang pergi ke pasar untuk bermain game.
3)    Memakai dan menggunakan bahan narkotika bahkan hal yang mereka anggap ringan yakni minuman keras.
4)    Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, seperti permainan domino, remi dan lain-lain.
5)    Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, sehingga harus melibatkan pihak yang berwajib.
6)    Perilaku seksual di luar nikah (pranikah).
Ø  Penyebab
Secara umum, factor penyebab kenakalan remaja terbagi menjadi dua, yaitu factor internal (dari dalam diri remaja yang bersangkutan), dan factor eksternal (berasal dari luar individu).
1)    Faktor Internal
a)      Reaksi frustasi diri
Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan, frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.
b)      Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja
Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran semua.
c).   Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja
Berpikir penting bagi upaya pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu mengoreksi pikiran-pikirannya yang salah dan tidak sesuai dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.
d).   Gangguan perasaan pada anak remaja
Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan fungsi perasaan itu antara lain :
·               Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa dikekang.
·               Labilitas emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.
·               Ketidakpekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.
·               Kecemasan merupakan bentuk ketakutan pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.
2)    Faktor Eksternal
a).  Keluarga
Keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya.
Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :
§  Rumah tangga berantakan. Bila rumah tangga terus ­menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan akhirnya mengalami perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi semua anggota keluarga, terutama anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan anak menjadi sangat bingung, dan merasa­kan ketidakpastian emosional. Batin anak menjadi sangat tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka.
§  Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan menghin­darkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup belajar mandiri, aspirasi dan harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang.
§  Penolakan orang tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu. Me­reka ingin terus melanjutkan kebiasaan hidup yang lama, bersenang-senang sendiri seperti sebelum kawin. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban, sebagai hambatan dalam meniti karir mereka.
§  Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup, senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap rokok ber­ganja, bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya) dari orang tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada anak.
§  Kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan, dll.
b).  Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan
Berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis. Di kelas, anak-anak terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang tidak adil. Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki de­dikasi pada profesi, dan tidak menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pe­ngajar hanya berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan ­masalah mengajar atau mengoperkan informasi belaka.
c). Media elektronik
Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Padahal film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis.
d). Pengaruh pergaulan
Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema sebayanya. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.
B.   UPAYA PENCEGAHAN
Di Indonesia masalah kenakalan remaja merupakan masalah nasional yang memerlukan perhatian, karena menyangkut hari depan generasi muda. Kenakalan remaja. Kenakalan remaja tersebut merupakan tingkah laku social yang menyimpang, yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, sebagai akibat dari kemajuan-kemajuan komunikasi bersifat terbuka terhadap pengaruh-pengaruh unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan asing. Banyak teori tentang tingkah laku yang menyimpang tersebut yang diantaranya menghasilkan kenakalan remaja. Salah satunya yaitu teori yang dikembangkan oleh Robert K. Merton yang meninjau dari sudut struktur social dan budaya. Menurut Merton, di antara segenap unsur-unsur social dan budaya, terdapat dua unsur yang terpenting yaitu kerangka aspirasi-aspirasi dan unsur-unsur yang mengatur kegiatan-kegiatan untuk mencapai aspirasi-aspirasi tersebut. Dengan kata lain, ada nilai social-budaya yang merupakan rangkaian dari konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup di dalam alam pikiran bagian terbesar dari warga masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk dan norma-norma yang mengatur kegiatan-kegiatan manusia untuk mencapai cita-cita tersebut. Apabila teori Merton diterapkan untuk meneropong maaslah kenakalan remaja, maka dapat menggunakan teori mengenai adaptasi dari para remaja khususnya terhadap keadaan yang nyata. Proses inovasi merupakan hal nyata yang antara lain dapat menimbulkan kenakalan remaja.
Individu melakukan suatu tindakan berdasarkan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan perilaku/behaviour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu.
Ø  Peranan dan Fungsi Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak. Disinilah pertama kali ia mengenal nilai dan norma. Karena itu keluarga merupakan pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Pendidikan di lingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuh kembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila dan religius. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga yaitu, Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua
Adapun fungsi yang dijalankan keluarga, yaitu:
v  Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
v  Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
v  Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
v  Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
v  Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
v  Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
v  Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
v  Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
v  Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Ø  Upaya untuk Mencegah dan Mengatasi Kenakalan Remaja
Sebetulnya masalah yang dihadapi para remaja adalah masalah identitas. Dan hal ini menyangkut masa depannya, mau jadi apa dan apakah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuannya tersebut. Ada 3 unsur yang menentukan terhadap identitas manusia, yakni 1) sifat-sifat atau karakter yang telah berkembang sejak masa kanak-kanaknya, 2) daya kreasi dan ide-ide dari remaja, dan 3) sifat serta kebutuhan dari zaman yang sedang dialami.
Setiap masyarakat memiliki ukuran masing-masing tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Apa yang dianggap baik dalam suatu masyarakat belum tentu dianggap baik oleh masyarakat lain. Sehingga setiap masyarakat mempunyai kewajiban dalam mendidik warganya termasuk anak-anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk tersebut.Apa yang dianggap baik dan buruk tersebut biasanya disebut dengan nilai-nilai. Nilai biasanya diajarkan secara turun-temurun secara meluas, proses ini disebut sosialisasi. Proses sosialisasi berlangsung selama individu itu hidup. Hokum merupakan salah satu jenis kaidah yang menjadi salah satu bagian penting di dalam proses sosialisasi. Sehingga hokum harus diajarkan kepada masyarakat supaya mereka mengetahui, memahami, dan menaatinya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kenakalan remaja, yaitu:
a.    Orang tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada anaknya. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah anak-anaknya segera dapat terselesaikan.
b.    Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini.
c.    Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak. Termasuk di sini media komunikasi seperti televisi, radio, akses internet, handphone, dll.
d.    Perlunya materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah.
e.    Sebagai orang tua sebisa mungkin dukunglah hobi/bakat anak-anaknya yang bernilai positif. Jika ada dana, jangan ragu-ragu untuk memfasilitasi hobi mereka, agar anak remaja kita dapat terhindar dari kegiatan-kegiatan negatif.
Pada masa remaja pada hakekatnya masih memiliki sifat-sifat khas yang ada pada masa remaja awal. Dalam menghadapi anak dalam masa ini orang tua jangan memperlakukan seperti anak-anak. Karena dapat menghambat perkembangan anak menuju kedewasaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam menghadapi anak yang sudah pada masa remaja ini antara lain mengamati dalam pergaulan anak dengan teman-temannya. Orang tua harus mengenal dengan siapa anaknya bergaul. Kalau ada kecenderungan bergaul dengan teman-teman yang tidak menguntungkan segera dapat diatasi dengan mendiskusikan efek-efek negatifnya. Dalam menghadapi anakpada masa remaja juga jangan menggunakan cara-cara yang bersifat keras atau otoriter dalam mengendalikan atau mengarahkan anak menuju ke tujuan yang diharapkan orang tua.
Hal-hal yang dapat dilakukan atau diperhatikan orangtua dalam menentukan langkah-langkah pengarahan menujunkemandirian anak, yaitu:
§     Terdianya waktu untuk berinteraksi dengan anak
§     Pemberian dorongan
§     Memelihara bentuk kerja sama
§     Member kepercayaan anak untuk mandiri









V.           DAFTAR PUSTAKA
Aribowo, Budi. 2009. Masalah-.Masalah Sosial. http://www.kompasiana.com (Diunduh pada 11 Novenber 2011)
Mudjijono, dkk. 1996. Fungsi Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Pariwisata
Moh, Sochib. 2000. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta
Sobur, Alex. 1991. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa
Soekanto, Soekanto. 1991. Remaja Dan Masalah-Masalahnya. Jakarta: Gunung Mulia.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Rajawali
Suardiman. 1984. Bimbingan Orang Tua & Anak.Yogyakarta: Studing
Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta
Syafei, Sahlan. 2002. Bagaimana Anda Mendidik Anak?. Bogor: Ghalia Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar